Info Komplikasi Kesehatan Masa Nifas
Anemia Post Partum
Anemia postpartum biasanya disebabkan oleh kombinasi faktor: - Kehilangan darah saat persalinan: - Persalinan normal: ±500 ml darah - Persalinan caesar: bisa mencapai 1.000 ml - Anemia selama kehamilan: - Defisiensi zat besi, folat, atau vitamin B12 yang tidak dikoreksi - Nutrisi tidak adekuat: - Asupan zat besi rendah selama hamil dan menyusui - Jarak kehamilan terlalu dekat: - Kurang dari 18 bulan meningkatkan risiko anemia berulang - Faktor lain: - Status sosial ekonomi rendah, infeksi, hemoglobinopati, dan kurangnya perawatan antenatal
Penanganan anemia postpartum harus disesuaikan dengan tingkat keparahan:
- Suplemen zat besi oral:
- Dosis standar: 60–120 mg/hari
- Untuk kasus berat: bisa ditingkatkan hingga 800–1.500 mg dan diberikan secara intravena
- Transfusi darah:
- Diberikan jika Hb sangat rendah atau ada gejala berat
- Perbaikan nutrisi:
- Konsumsi makanan kaya zat besi (daging merah, hati, bayam), folat, dan vitamin C
- Pemantauan Hb:
- Pemeriksaan rutin selama masa nifas
- Dukungan psikologis:
- Karena anemia bisa meningkatkan risiko depresi postpartum
Atonia Uteri
Belum ada satu penyebab pasti, tapi beberapa faktor risiko telah diidentifikasi: - Persalinan lama atau terlalu cepat - Peregangan rahim berlebihan: - Kehamilan kembar - Polihidramnion (air ketuban berlebih) - Janin besar (makrosomia) - Penggunaan oksitosin terlalu lama - Usia ibu >35 tahun - Multiparitas (melahirkan >5 kali) - Obesitas morbid - Infeksi selaput ketuban (chorioamnionitis) - Riwayat mioma uteri atau kelainan rahim lainnya
Penanganan harus cepat dan agresif untuk mencegah syok dan kematian:
- Uterotonika (obat pemicu kontraksi):
- Oksitosin, ergometrin, prostaglandin
- Pijat uterus (uterine massage):
- Untuk merangsang kontraksi manual
- Kompresi bimanual atau tamponade uterus
- Obat tambahan:
- Asam traneksamat untuk menghentikan perdarahan
- Transfusi darah:
- Jika terjadi perdarahan masif
- Tindakan bedah:
- Jika terapi medis gagal, bisa dilakukan ligasi arteri atau histerektomi
Depresi Postpartum (DPP)
DPP disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, psikologis, dan sosial: - Perubahan hormon: Penurunan drastis estrogen dan progesteron setelah melahirkan memengaruhi kimia otak - Kurang tidur dan kelelahan fisik: Mengasuh bayi membuat ibu sulit beristirahat - Riwayat gangguan mental: Depresi atau gangguan bipolar sebelumnya - Stres psikososial: - Masalah finansial atau pekerjaan - Konflik keluarga atau kekerasan dalam rumah tangga - Bayi dengan kondisi medis khusus - Kesulitan menyusui atau melahirkan traumatis - Kurangnya dukungan sosial dan pasangan
Penanganan DPP harus bersifat holistik dan disesuaikan dengan tingkat keparahan:
- Psikoterapi:
- Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau Interpersonal Therapy (IPT)
- Konseling individu atau kelompok
- Farmakoterapi:
- Antidepresan seperti SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)
- Perlu pemantauan jika ibu menyusui
- Dukungan sosial:
- Keterlibatan pasangan dan keluarga sangat penting
- Kelompok pendukung ibu pascamelahirkan
- Pencegahan dan edukasi:
- Skrining dini dengan Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)
- Edukasi selama kehamilan tentang risiko DPP
Disfungsi Seksual Postpartum (Dispareunia/Nyeri Saat Berhubungan Seks)
Dispareunia postpartum adalah nyeri saat berhubungan seksual yang terjadi setelah melahirkan. Kondisi ini umum dialami oleh ibu pascapersalinan dan bisa berdampak pada hubungan intim serta kesehatan mental.Dispareunia postpartum bisa disebabkan oleh faktor fisik dan emosional: 🔬 Faktor Fisik - Luka atau trauma persalinan: Robekan perineum, episiotomi, atau operasi caesar - Kekeringan vagina: Penurunan hormon estrogen setelah melahirkan dan saat menyusui - Infeksi atau peradangan: Vaginitis, infeksi saluran kemih, atau penyakit menular seksual - Vaginismus: Ketegangan otot vagina yang menyebabkan nyeri saat penetrasi - Endometriosis atau mioma: Nyeri dalam saat penetrasi dalam - Efek obat-obatan: Antidepresan, antihistamin, atau kontrasepsi hormonal 🧠 Faktor Emosional - Kecemasan dan stres: Perubahan peran sebagai ibu, kelelahan, atau trauma persalinan - Depresi postpartum - Kurangnya keintiman atau komunikasi dengan pasangan
💔 Disfungsi Seksual Postpartum (Dispareunia): Penyebab dan Tata Laksana
Dispareunia postpartum adalah nyeri saat berhubungan seksual yang terjadi setelah melahirkan. Kondisi ini umum dialami oleh ibu pascapersalinan dan bisa berdampak pada hubungan intim serta kesehatan mental.
⚠️ Penyebab Utama
Dispareunia postpartum bisa disebabkan oleh faktor fisik dan emosional:
🔬 Faktor Fisik
- Luka atau trauma persalinan: Robekan perineum, episiotomi, atau operasi caesar
- Kekeringan vagina: Penurunan hormon estrogen setelah melahirkan dan saat menyusui
- Infeksi atau peradangan: Vaginitis, infeksi saluran kemih, atau penyakit menular seksual
- Vaginismus: Ketegangan otot vagina yang menyebabkan nyeri saat penetrasi
- Endometriosis atau mioma: Nyeri dalam saat penetrasi dalam
- Efek obat-obatan: Antidepresan, antihistamin, atau kontrasepsi hormonal
🧠 Faktor Emosional
- Kecemasan dan stres: Perubahan peran sebagai ibu, kelelahan, atau trauma persalinan
- Depresi postpartum
- Kurangnya keintiman atau komunikasi dengan pasangan
🛠️ Tata Laksana
Penanganan dispareunia postpartum harus holistik dan disesuaikan dengan penyebabnya:
- Edukasi dan komunikasi:
- Diskusi terbuka dengan pasangan tentang kenyamanan dan kesiapan berhubungan
- Pelumas vagina:
- Gunakan pelumas berbasis air untuk mengatasi kekeringan
- Terapi fisik panggul:
- Latihan relaksasi otot dasar panggul dan senam Kegel
- Psikoterapi atau konseling:
- Untuk mengatasi trauma, kecemasan, atau gangguan mood
- Obat-obatan:
- Estrogen lokal (krim atau tablet vagina) jika kekeringan parah
- Antibiotik atau antijamur jika ada infeksi
- Waktu dan kesabaran:
- Tubuh butuh waktu untuk pulih; jangan terburu-buru kembali berhubungan
Emboli Paru (Pulmonary Embolism/PE)
Emboli paru adalah kondisi serius ketika gumpalan darah (trombus) menyumbat arteri di paru-paru, menghambat aliran darah dan oksigen. Jika tidak segera ditangani, bisa menyebabkan kematian mendadak atau komplikasi jangka panjang seperti hipertensi pulmonal. Emboli paru paling sering berasal dari trombosis vena dalam (DVT) di kaki atau panggul yang berpindah ke paru-paru melalui aliran darah: - Bekuan darah dari DVT - Faktor risiko: - Imobilisasi lama (tirah baring, perjalanan jauh) - Operasi besar (terutama ortopedi) - Kehamilan dan masa nifas - Kanker dan kemoterapi - Gangguan pembekuan darah - Obesitas, usia lanjut, merokok - Penggunaan kontrasepsi hormonal atau terapi estrogen Selain trombus, emboli juga bisa disebabkan oleh: - Gelembung udara - Lemak dari patah tulang - Cairan ketuban (pada ibu hamil) - Fragmen tumor atau mikroorganisme
Penanganan emboli paru harus cepat dan disesuaikan dengan tingkat keparahan:
- Antikoagulan:
- Heparin, warfarin, atau DOAC (Direct Oral Anticoagulants)
- Trombolitik:
- Untuk kasus berat atau emboli masif, melarutkan bekuan darah
- Terapi suportif:
- Oksigen, cairan intravena, vasopressor jika terjadi syok
- CT angiografi:
- Pemeriksaan utama untuk diagnosis emboli paru
- Pencegahan:
- Mobilisasi dini pasca operasi
- Penggunaan stocking kompresi
- Profilaksis antikoagulan pada pasien berisiko tinggi
📌 Menurut Heartology, emboli paru menjadi salah satu penyebab kematian yang sering terabaikan di Indonesia, dengan angka kematian mencapai 30% pada kasus berat. Jadi, mengenali gejala seperti sesak napas mendadak, nyeri dada, atau batuk darah sangat penting untuk deteksi dini.
Kalau kamu mau, aku bisa bantu buatkan panduan skrining risiko emboli paru atau latihan ringan untuk mencegah DVT. Mau lanjut ke sana? 😊
Fistula Rektovagina
Fistula rektovagina adalah saluran abnormal yang menghubungkan rektum (usus besar bagian akhir) dengan vagina, sehingga memungkinkan gas atau tinja keluar melalui vagina. Kondisi ini sangat mengganggu dan bisa berdampak besar pada kualitas hidup wanita.. Fistula rektovagina bisa disebabkan oleh berbagai kondisi medis dan trauma: - Trauma persalinan: - Robekan perineum berat atau episiotomi yang melibatkan rektum - Persalinan lama atau sulit - Penyakit radang usus: - Crohn’s disease atau kolitis ulseratif - Efek samping terapi kanker: - Radiasi panggul atau operasi pada rektum, vagina, atau rahim - Infeksi berat atau abses anorektal - Komplikasi pasca operasi ginekologi atau gastrointestinal - Kekerasan seksual atau trauma fisik ekstrem - Infeksi HIV atau kondisi imunodefisiensi lainnya 🛠️ Tata Laksana Penanganan fistula rektovagina tergantung pada ukuran, lokasi, dan penyebabnya: - Diagnosis awal: - Pemeriksaan fisik, tes pewarna biru, CT scan, MRI panggul, atau kolonoskopi - Perawatan konservatif (untuk kasus ringan atau sementara): - Menjaga kebersihan area genital - Diet tinggi serat untuk mengurangi tekanan saat BAB - Antibiotik jika ada infeksi aktif - Pembedahan: - Prosedur rekonstruksi fistula (misalnya flap advancement atau fistulotomi) - Dilakukan jika fistula tidak sembuh secara spontan atau menyebabkan komplikasi - Pendekatan bedah digestif: - Evaluasi jaringan sekitar fistula untuk menentukan teknik operasi terbaik - Dukungan psikososial: - Konseling untuk mengatasi dampak emosional dan sosial 📌 Menurut Apollo Hospitals dan IDN Times, fistula rektovagina harus segera ditangani karena bisa menyebabkan infeksi berulang, nyeri saat berhubungan seksual, dan gangguan psikologis. Diagnosis dan terapi yang tepat sangat penting untuk pemulihan optimal. Kalau kamu mau, aku bisa bantu buatkan panduan pemulihan pasca operasi atau skrining risiko berdasarkan riwayat persalinan dan penyakit.
Penanganan fistula rektovagina tergantung pada ukuran, lokasi, dan penyebabnya:
- Diagnosis awal:
- Pemeriksaan fisik, tes pewarna biru, CT scan, MRI panggul, atau kolonoskopi
- Perawatan konservatif (untuk kasus ringan atau sementara):
- Menjaga kebersihan area genital
- Diet tinggi serat untuk mengurangi tekanan saat BAB
- Antibiotik jika ada infeksi aktif
- Pembedahan:
- Prosedur rekonstruksi fistula (misalnya flap advancement atau fistulotomi)
- Dilakukan jika fistula tidak sembuh secara spontan atau menyebabkan komplikasi
- Pendekatan bedah digestif:
- Evaluasi jaringan sekitar fistula untuk menentukan teknik operasi terbaik
- Dukungan psikososial:
- Konseling untuk mengatasi dampak emosional dan sosial
Infeksi Puerperalis (Sepsis Nifas)
Infeksi ini disebabkan oleh masuknya mikroorganisme ke dalam saluran genital, baik dari flora normal maupun dari luar tubuh
Penanganan infeksi puerperalis harus cepat dan tepat:
- Antibiotik:
- Diberikan secara oral atau intravena tergantung tingkat keparahan
- Umumnya aman untuk ibu menyusui
- Perawatan tambahan:
- Observasi suhu tubuh dan tanda-tanda vital
- Drainase jika ada abses
- Pencegahan komplikasi seperti sepsis sistemik atau DIC (koagulasi intravaskular diseminata)
- Pencegahan:
- Menjaga kebersihan saat persalinan
- Menghindari pemeriksaan internal berlebihan
- Edukasi ibu tentang tanda-tanda infeksi dan pentingnya kontrol pasca persalinan
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
ISK biasanya disebabkan oleh bakteri dari saluran pencernaan yang masuk ke saluran kemih: - Bakteri paling umum: Escherichia coli (E. coli) - Faktor risiko: - Kurang menjaga kebersihan area genital - Hubungan seksual aktif - Penggunaan kateter urine - Kehamilan atau menopause - Diabetes atau daya tahan tubuh lemah - Riwayat ISK sebelumnya
Penanganan ISK bertujuan menghilangkan infeksi dan mencegah komplikasi:
- Antibiotik:
- Obat lini pertama untuk membunuh bakteri penyebab
- Durasi tergantung tingkat keparahan dan lokasi infeksi
- Obat tambahan:
- Antinyeri untuk meredakan rasa terbakar saat buang air kecil
- Antipiretik jika disertai demam
- Pemeriksaan lanjutan:
- Urinalisis, kultur urine, atau USG jika ISK berulang atau berat
- Perawatan di rumah:
- Minum air putih yang cukup
- Hindari menahan buang air kecil
- Jaga kebersihan area genital
- Hindari penggunaan sabun atau produk kewanitaan yang mengiritasi
Inkontinensia Urin Postpartum
Inkontinensia urin postpartum adalah kondisi hilangnya kontrol terhadap kandung kemih setelah melahirkan, yang menyebabkan kebocoran urin secara tidak disengaja. Ini bisa terjadi segera setelah persalinan dan berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan. Kondisi ini dipicu oleh perubahan anatomi dan fisiologis selama kehamilan dan persalinan: - Peregangan dan cedera otot dasar panggul saat bayi melewati jalan lahir - Kerusakan saraf kandung kemih dan uretra akibat tekanan persalinan - Perubahan hormonal yang melemahkan otot-otot penyangga kandung kemih - Faktor risiko tambahan: - Bayi besar (>4.000 gram) - Persalinan lama atau dengan alat bantu - Robekan perineum atau episiotomi - Riwayat inkontinensia selama kehamilan
🚽 Inkontinensia Urin Postpartum: Penyebab dan Tata Laksana
Inkontinensia urin postpartum adalah kondisi hilangnya kontrol terhadap kandung kemih setelah melahirkan, yang menyebabkan kebocoran urin secara tidak disengaja. Ini bisa terjadi segera setelah persalinan dan berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan.
⚠️ Penyebab Utama
Kondisi ini dipicu oleh perubahan anatomi dan fisiologis selama kehamilan dan persalinan:
- Peregangan dan cedera otot dasar panggul saat bayi melewati jalan lahir
- Kerusakan saraf kandung kemih dan uretra akibat tekanan persalinan
- Perubahan hormonal yang melemahkan otot-otot penyangga kandung kemih
- Faktor risiko tambahan:
- Bayi besar (>4.000 gram)
- Persalinan lama atau dengan alat bantu
- Robekan perineum atau episiotomi
- Riwayat inkontinensia selama kehamilan
🛠️ Tata Laksana
Penanganan inkontinensia urin postpartum bertujuan memperkuat otot panggul dan mengembalikan kontrol kandung kemih:
- Latihan otot dasar panggul (Senam Kegel):
- Dilakukan rutin minimal 3 bulan untuk memperkuat otot sfingter
- Terapi perilaku:
- Latihan menahan buang air kecil dan menjadwalkan waktu berkemih
- Obat-obatan:
- Jika disertai infeksi atau gangguan neurologis
- Fisioterapi panggul:
- Dibantu oleh tenaga medis untuk latihan yang lebih intensif
- Pembedahan:
- Untuk kasus berat atau inkontinensia tipe tekanan yang menetap
- Edukasi dan dukungan psikologis:
- Karena kondisi ini bisa memengaruhi kepercayaan diri dan kualitas hidup ibu
Inversio Uteri
nversio uteri adalah kondisi rahim terbalik atau masuk ke dalam vagina setelah melahirkan. Ini merupakan komplikasi obstetri yang langka namun sangat berbahaya, karena bisa menyebabkan perdarahan hebat dan syok. Penyebab pasti belum sepenuhnya dipahami, tapi beberapa faktor risiko telah diidentifikasi: - Penarikan tali pusat terlalu kuat atau terlalu dini sebelum plasenta terlepas - Plasenta menempel di bagian atas rahim (fundus), sehingga saat ditarik ikut menarik rahim keluar - Atonia uteri: kegagalan rahim berkontraksi setelah melahirkan - Persalinan terlalu cepat atau terlalu lama - Penggunaan obat relaksan otot rahim, seperti magnesium sulfat - Kehamilan pertama atau riwayat inversio sebelumnya - Retensio plasenta: plasenta tidak keluar dalam 30 menit setelah melahirkan
🩸 Inversio Uteri: Penyebab dan Tata Laksana
Inversio uteri adalah kondisi rahim terbalik atau masuk ke dalam vagina setelah melahirkan. Ini merupakan komplikasi obstetri yang langka namun sangat berbahaya, karena bisa menyebabkan perdarahan hebat dan syok.
⚠️ Penyebab Utama
Penyebab pasti belum sepenuhnya dipahami, tapi beberapa faktor risiko telah diidentifikasi:
- Penarikan tali pusat terlalu kuat atau terlalu dini sebelum plasenta terlepas
- Plasenta menempel di bagian atas rahim (fundus), sehingga saat ditarik ikut menarik rahim keluar
- Atonia uteri: kegagalan rahim berkontraksi setelah melahirkan
- Persalinan terlalu cepat atau terlalu lama
- Penggunaan obat relaksan otot rahim, seperti magnesium sulfat
- Kehamilan pertama atau riwayat inversio sebelumnya
- Retensio plasenta: plasenta tidak keluar dalam 30 menit setelah melahirkan
🛠️ Tata Laksana
Penanganan harus dilakukan segera untuk mencegah syok dan kematian:
- Pemantauan tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh
- Anestesi umum: untuk memudahkan reposisi rahim
- Reposisi manual rahim:
- Dokter mendorong rahim kembali ke posisi normal melalui serviks
- Jika plasenta belum lepas, rahim dikembalikan terlebih dahulu sebelum plasenta dilepaskan
- Uterotonika: diberikan setelah reposisi untuk membantu kontraksi rahim
- Transfusi darah: jika terjadi perdarahan masif
- Tindakan bedah: jika reposisi manual gagal
Mastitis
Mastitis biasanya disebabkan oleh: - Stasis ASI: Penumpukan ASI akibat saluran susu yang tersumbat - Infeksi bakteri: Terutama Staphylococcus aureus, E. coli, dan Streptococcus yang masuk melalui puting yang retak atau luka - Teknik menyusui yang kurang tepat: Posisi bayi yang salah, menyusui dari satu payudara saja, atau jarang menyusui - Faktor lain: - Kelelahan dan stres - Bra terlalu ketat - Riwayat mastitis sebelumnya - Imun tubuh rendah atau penyakit kronis seperti diabetes
Penanganan mastitis bertujuan untuk mengurangi peradangan dan mencegah komplikasi:
- Perbaikan teknik menyusui:
- Menyusui lebih sering, dimulai dari payudara yang bermasalah
- Pastikan posisi bayi benar saat menyusu
- Antibiotik:
- Diberikan jika ada tanda infeksi bakteri
- Aman untuk ibu menyusui
- Perawatan suportif:
- Kompres hangat untuk meredakan nyeri
- Istirahat cukup dan hidrasi
- Obat antiinflamasi jika diperlukan
- Pencegahan:
- Hindari bra ketat
- Jaga kebersihan puting
- Jangan menyapih bayi secara tiba-tiba
Pendarahan Post Partum
Atonia uteri (rahim tidak berkontraksi dengan baik) – penyebab paling umum (70%), Robekan jalan lahir, ruptur uteri, atau hematoma, Retensi plasenta atau sisa jaringan, Gangguan pembekuan darah (koagulopati)
, 🩸 Pendarahan Postpartum (PPP) adalah kondisi serius yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kehilangan darah ≥500 ml dalam 24 jam pertama. Ini merupakan penyebab utama kematian ibu di banyak negara berkembang.
⚠️ Penyebab Pendarahan Postpartum: "4T"
🛠️ Tata Laksana Pendarahan Postpartum
Penanganan dilakukan secara bertahap sesuai tingkat keparahan:
1. Tindakan Awal
• Pijat uterus untuk merangsang kontraksi
• Pemberian oksitosin atau uterotonika lain
• Kompresi bimanual uterus
2. Intervensi Medis
• Tamponade uterus (misalnya dengan balon Bakri)
• Embolisasi arteri uterina
• Teknik bedah konservatif: B-Lynch suture, devaskularisasi pelvis
3. Tindakan Definitif
• Histerektomi (pengangkatan rahim) jika perdarahan tidak terkontrol
Preeklampsia Postpartum
Preeklampsia postpartum adalah kondisi hipertensi yang muncul setelah persalinan, biasanya dalam 48 jam hingga 6 minggu pascapartum. Meski lebih jarang dibanding preeklampsia saat hamil, kondisi ini tetap berisiko tinggi dan bisa berkembang menjadi eklampsia atau stroke jika tidak ditangani dengan cepat. Preeklampsia postpartum belum sepenuhnya dipahami, tapi beberapa faktor pemicu telah diidentifikasi: - Disregulasi vaskular dan inflamasi pasca kehamilan - Riwayat preeklampsia saat hamil - Retensi cairan dan perubahan hormonal setelah melahirkan - Obesitas, diabetes, atau penyakit ginjal kronis - Kehamilan pertama atau kehamilan dengan donor sperma - Usia ibu >35 tahun
Penanganan preeklampsia postpartum harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi:
- Monitoring ketat tekanan darah:
- Pengukuran rutin selama minggu pertama pascapersalinan
- Obat antihipertensi:
- Labetalol, nifedipin, atau metildopa (aman untuk ibu menyusui)
- Magnesium sulfat:
- Untuk mencegah atau mengatasi kejang (eklampsia)
- Pemeriksaan laboratorium:
- Fungsi ginjal, hati, dan trombosit untuk mendeteksi sindrom HELLP
- Rawat inap:
- Jika tekanan darah sangat tinggi atau ada tanda perburukan
- Edukasi dan pemantauan lanjutan:
- Skrining risiko hipertensi kronis dan penyakit kardiovaskular
Tromboflebitis / Deep Vein Thrombosis (DVT)
DVT terjadi ketika aliran darah melambat atau terganggu, dan darah menjadi lebih mudah membeku: - Imobilisasi jangka panjang: - Tirah baring pasca operasi atau perjalanan jauh - Trauma atau pembedahan: - Cedera pada vena atau operasi ortopedi - Gangguan pembekuan darah: - Faktor genetik seperti Factor V Leiden - Kehamilan dan postpartum - Obesitas dan usia lanjut - Penggunaan kontrasepsi hormonal atau terapi estrogen - Riwayat DVT atau emboli paru sebelumnya
Penanganan DVT bertujuan mencegah pembesaran trombus dan komplikasi:
- Antikoagulan (pengencer darah):
- Heparin, warfarin, atau DOAC (Direct Oral Anticoagulants)
- Trombolitik:
- Untuk kasus berat, membantu melarutkan bekuan darah
- Komplikasi berat:
- Jika terjadi emboli paru, perlu perawatan intensif
- Kompresi elastis (stocking khusus):
- Mengurangi pembengkakan dan mencegah sindrom pasca trombotik
- Mobilisasi dini dan latihan ringan:
- Meningkatkan aliran darah vena
- Pencegahan:
- Gerakan kaki saat duduk lama, hidrasi cukup, dan skrining risiko sebelum operasi